Berbudidaya Kelapa Sawit

http://501kck.blogspot.com/2011/08/budidaya-kelapa-sawit.htmlI. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian

Kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90×90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Pupuk Makro
> 15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
> 12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
> POC NASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro

Urea
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha
TSP
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
  2. Bulan ke 48 & 60
115 kg/ha
750 kg/ha
MOP/KCl
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha
Kieserite
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha
600 kg/ha
Borax
  1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
  2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha
40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0-36 bln
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 – 5 bulan sekali
>36 bln
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 

sumber : http://mydetik.blogspot.com 

Proses Pembuatan Mentega

  1. Mentega

Aplikasi koloid dalam industri makanan contohnya mentega. Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
Mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80 persen lemak susu. Selain garam dapur, ke dalam mentega juga ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat). Emulsi pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi pada 80 persen lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi.
Banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan ini. Selain vitamin A dan D ,juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6. Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.
Lemak memiliki komposisi terbesar dalam mentega jika dibandingkan dengan proteindan karbohidrat. Kandungan protein dan karbohidrat pada mentega sangat rendah, yaitu sekitar 0,4-0,8 gram per 100 gram. Lemak mentega berasal dari lemak susu hewan, dikenal sebagai butter fat.
Mentega mengandung sejumlah asam butirat, asam laurat, dan asam linoleat. Asam butirat dapat digunakan oleh usus besar sebagai sumber energi, juga dapat berperan sebagai senyawa antikarsinogenik (antikanker). Asam laurat merupakan asam lemak berantai sedang yang memiliki potensi sebagai antimikroba dan antifungi. Asam linoleat pada mentega dapat memberikan perlindungan terhadap serangan kanker .

  1. Produksi Mentega dalam Skala Industri

Beberapa mentega dibuat dengan menghidrogenasi ikatan karbon-karbon rangkap yang terdapat pada minyak dan lemak hewani atau nabati. keberadaan mentega ini dalam produk-produk makanan yang dijual dapat diketahui sebab daftar komposisi produk makanan biasanya mencatumkan kata-kata yang menunjukkan bahwa produk makanan tersebut mengandung “minyak nabati terhidrogenasi” atau “lemak terhidrogenasi”.
Lemak dan minyak dari hewan dan tumbuh-tumbuhan merupakan molekul-molekul yang mirip, yang membedakan hanya titik leburnya saja. Jika senyawanya berwujud padat pada suhu kamar, maka disebut lemak. Jika berwujud cair sering disebut sebagai minyak.
Titik lebur senyawa-senyawa ini sangat ditentukan oleh keberadaan ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) dalam molekulnya. Semakin tinggi jumlah ikatan C=C, semakin rendah titik leburnya.
Jika senyawanya tidak mengandung ikatan C=C, maka zat tersebut dikatakan jenuh. Lemak jenuh sederhana biasanya memiliki struktur sebagai berikut:

Molekul-molekul seperti ini biasanya berwujud padat pada suhu kamar

Jika hanya ada satu ikatan C=C pada masing-masing rantai hidrokarbon, maka zat ini disebut sebagai lemak tak-jenuh-tunggal (mono-unsaturated) (atau minyak tak-jenuh-tunggal, karena kemungkinan zat ini berwujud cair pada suhu kamar.)
Sebuah minyak tak-jenuh-tunggal yang sederhana bisa digambarkan sebagai berikut:

Jika ada dua atau lebih ikatan karbon-karbon rangkap pada masing-masing rantai, maka zat tersebut dikatan tidak-jenuh-majemuk (polyunsaturated).
Sebagai contoh:

Untuk menyederhanakan, pada semua gambar ini, ketiga rantai hidrokarbon pada masing-masing molekul dianggap sama. Meskipun tidak harus sama ketiga-tiganya – terkadang terdapat campuran beberapa jenis rantai dalam molekul yang sama. Minyak-minyak nabati sering memiliki kandungan lemak (minyak) tak-jenuh-tunggal (mono-unsaturated) dan tak-jenuh-majemuk (polyunsaturated) yang tinggi, olehnya itu minyak-minyak nabati berwujud cair pada suhu kamar. Kandungan lemak dan minyak yang tinggi ini membuat minyak-minyak nabati mudah tersebar tidak beraturan pada bahan makanan seperti roti, dan tidak cocok digunakan untuk pemanggangan kue (baking powder).
Titik lebur minyak bisa ditingkatkan dengan cara menghidrogenasinya dengan bantuan katalis nikel. Beberapa kondisi (seperti suhu yang tepat, atau lamanya waktu hidrogen dilewatkan ke dalam minyak) harus dikontrol dengan hati-hati sehingga beberapa (tidak harus semua) ikatan karbon-karbon rangkap mengalami hidrogenasi. Prosedur ini menghasilkan sebuah “minyak yang terhidrogenasi parsial” atau “lemak yang terhidrogenasi parsial”.
Untuk memperoleh tekstur akhir yang diinginkan, anda perlu menghidrogenasi cukup banyak ikatan. Akan tetapi, ada manfaat kesehatan yang mungkin diperoleh ketika memakan lemak atau minyak tak-jenuh-tunggal atau tak-jenuh-majemuk ketimbang lemak atau minyak yang jenuh – sehingga semua ikatan karbon-karbon rangkap yang ada dalam minyak tersebut tidak perlu dihidrogeasi semuanya. Diagram alir berikut menunjukkan proses hidrogenasi sempurna dari sebuah minyak tak-jenuh-tunggal yang sederhana.

Kekurangan hidrogen sebagai sebuah bahan untuk mengeraskan lemak dan minyak
Ada beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat memakan lemak atau minyak yang terhidrogenasi. Para konsumen mulai menyadari hal ini, dan pabrik-pabrik yang memproduksi makanan juga terus mencari cara-cara alternatif untuk mengubah minyak menjadi padatan yang bisa dioleskan pada makanan. Salah satu masalah ditimbulkan oleh proses hidrogenasi. Ikatan-ikatan rangkap pada lemak dan minyak tak-jenuh cenderung membuat gugus-gugus yang ada di sekitarnya tertata dalam bentuk “cis”.
Suhu relatif tinggi yang digunakan dalam proses hidrogenasi cenderung mengubah beberapa ikatan C=C menjadi bentuk “trans”. Jika ikatan-ikatan khusus ini tidak dihidrogenasi selama proses, maka mereka masih cenderung terdapat dalam produk akhir mentega khususnya pada molekul-molekul lemak trans.
Konsumsi lemak trans telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol (khususnya bentuk LDL yang lebih berbahaya) sehingga bisa menyebabkan meningkatnya risiko penyakit jantung. Proses apapun yang cenderung meningkatkan jumlah lemak trans dalam makanan sebaiknya dihindari..
Prosedur pembuatan mentega yaitu:

  1. Persiapan bahan

Susu dan krim dikumpulkan dari susu sapi. Mentega dapat juga diproduksi dari susu  kerbau liar, unta, kambing, biri-biri betina, dan kuda betina. Sari terpisah dari susu itu. Sari dapat yang manapun disediakan oleh suatu pabrik susu baik susu cairan ataupun terpisah dari susu utuh oleh pabrikan mentega. Sari harus manis ( pH lebih besar dari 6.6), tidak tengik, tidak teroksidasi. Sari disterilkan pada suatu temperatur dari 95°C atau lebih untuk menghancurkan enzim dan micro-organisms.

  1. Pematangan

Biasanya  ditambahkan untuk memfermentasi gula susu menjadi asam laktat  dan karakteristik bau harum dan selera yang diinginkan untuk mentega.

  1. Mengeram/Penuaan.

Krim dipegang pada temperatur dingin  untuk mengeristal butiran lemak pada susu, memastikan mengocok sesuai dan tepat seperti tekstur dari mentega itu. Dalam tanki penuaan, krim diberi perlakukan pendinginan yang dikontrol dan dirancang untuk memberikan struktur lemak kristal yang dibutuhkan. Lazimnya, mengeram mengambil 12- 15 jam. Dari mengeram tangki/tank, krim dipompa ke pengocok atau berlanjut buttermaker  melalui  suatu penukar bahang plat yang membawanya ke suhu yang diperlukan.

  1. Mengocok.

Krim dikocok, dan butir halus mentega membentuk, tumbuh lebih besar, dan bersatu. Pada akhirnya, ada dua tahap yang ditinggalkan: suatu semisolid massa dari mentega, dan cairan menunda, yang mana adalah cairan susu.

  1. Pengairan dan pencucian.

krim dibagi menjadi dua fraksi: butir mentega dan cairan susu. Di dalam pengocokan tradisional, mesin stop ketika butir sudah mencapai suatu ukuran yang tertentu, lalu sesudah itu cairan susu dialirkan. Dengan yang berlanjut buttermaker pengairan dari cairan susu adalah juga berlanjut. Setelah pengairan, mentega adalah bekerja untuk fase kontinyu yang mengandunglemak fasa air terdispersi halus.  Ini dilakukan sebagai praktek umum untuk mencuci mentega setelah mengocok untuk memindahkan manapun cairan susu yang bersifat sisa dan padatan susu tetapi ini adalah jarang dilaksanakan hari ini. Proses pencucian ini akan memastikan bahwa semua susu mentega dibuang keluar dari mentega. Jika tidak maka mentega akan tengik.

  1. Penggaraman

Garam digunakan untuk meningkatkan rasa dan rak-hidup, karena bertindak sebagai pengawet. Selanjutnya, mentega adalah bekerja untuk meningkatkan konsistensi.

  1. Pengepakan dan penyimpanan

Mentega adalah akhirnya dietak  ke dalam bentuk dan kemudian dibungkus di dalam kertas lilin dan kemudian disimpan di tempat yang dingin. ketika dingin, lemak pada susu mengeristal dan mentega menjadi terbentuk. Mentega dikocok, ini dilakukan untuk memasukan udara atau  gas nitrogen ke dalam mentega yang lembut, dimaksudkan untuk menyebar lebih mudah pada temperatur pendinginan.

  1. Pengolahan Limbah dalam Industri Mentega

Mentega diolah dari bahan dasar susu, dalam proses pengolahan susu tersebut dihasilkan limbah. Limbah –limbah tersebut harus ditanggulangi agar tidak mencemari lingkungan.
Air limbah dari pengolahan susu mengandung sejumlah besar bahan organik, nitrogen dan fosfor. Jika konsentrasi yang berlebihan ini masuk saluran air, deplesi oksigen dan pertumbuhan tanaman dalam saluran air dapat mencapai gangguan proporsi.
Cara pengolahan limbah tersebut diantaranya:

  1. Pretreatment

Pretreatment di industri selama bertahun-tahun berarti beberapa bentuk aliran peredam, pH atau variasi beban organik dan lemak yang belum sempurna / padatan tangki.  Sistem pretreatment sekarang sedang dimaksimalkan untuk menghapus materi padat dengan menggunakan flotasi udara prinsipnya yaitu ditambah dengan netralisasi air limbah dan penambahan flokulan dan polielektrolit.

  1. Pengobatan Tanah

Tanah sistem pengolahan digunakan secara ekstensif dalam industri. Tanah digunakan sebagai media biologis untuk mengolah komponen air limbah diterapkan dan karenanya itu perlu dirancang dengan kriteria yang sesuai untuk memastikan operasi yang efisien.

  1. Pengolahan secara biologi

Sistem aerobik memerlukan sumber energi untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan untuk mengasimilasikan bahan organik dalam limbah cair dan karenanya lebih cocok untuk rendah sampai sedang kekuatan air limbah, karena semakin tinggi kandungan organik semakin besar kebutuhan oksigen dan semakin besar biaya.

Pengolahan Buah Rambutan selain Daging Buahnya (Emping Biji Rambutan)

Buah rambutan selain daging buahnya saja yang dikonsumsi, bagian dari
buah rambutan lainnya juga dapat dimanfaatkan. Seperti bagian dari biji rambutan dapat dimanfaatkan menjadi camilan /makanan kering dan emping.

Cara pembuatan emping dari biji rambutan :
1.Pilih biji rambutan yang segar kemudian dikeringkan
2.Keluarkan biji rambutan tersebut dari kulitnya
3.Biji rambutan digoreng tanpa minyak agar suhunya menjadi panas, kemudian digepengkan
4.Setelah gepeng dijemur lagi sampai kering
5.Sebelum digoreng rendam dulu dengan air garam dan bawang putih
6.Digoreng dan siap dimakan

Cara pembuatan camilan dari biji rambutan :
1.Mencuci bersih biji buah rambutan
2.Biji buah rambutan ditiriskan kemudian direbus di dalam panci dengan suhu kurang 100 derajat celcius
3.Tambahkan garam secukupnya
4. Tunggu hingga biji buah rambutan berwarna kecoklatan atau coba ambil satu biji buah rambutan dengan cara menusuknya menggunakan garpu
5.Jika sudah empuk, angkat biji buah rambutan dan tiriskan
6.Setelah setengah kering, camilan biji buah rambutan siap dihidangkan

Apabila sisa camilan biji buah rambutan terlalu banyak, janganlah dibuang. Hal itu bisa diatasi dengan cara mengawetkannya menjadi makanan kering. Caranya dengan menggorengnya dan mencampuri gula. Sambil diaduk biji buah rambutan yang sudah direbus tadi ditambahkan gula sedikit demi sedikit. Jika gula sudah merata di hampir seluruh biji maka matikan penggorengan dan biarkan beberapa menit. Camilan biji buah rambutan kering sudah siap disimpan untuk dimakan kapan saja.
sumber: http://niesapurple29.blogspot.com/2011/02/pengolahan-buah-rambutan-selain-daging.html

“Rambutan Goreng” Camilan Unik dari Jambi

P1000594Copy1main 300x225 Rambutan Goreng Camilan Unik dari Jambi 

Seperti halnya fashion, buah-buahan pun memiliki masa tren nya sendiri-sendiri. Misalnya saja rambutan. Rambutan merupakan sebagian dari komoditas buah yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, antara bulan September atau November hingga februari.
Rambutan (Nephelii lappacei) banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan sebagai tumbuhan liar,terutama di luar Jawa. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2000 mm. Rambutan merupakan tanaman dataran rendah hingga ketinggian 300-600 dpl.
Biasanya tumbuhan ini tingginya antara 15-25 m, bercabang-cabang, dan daunnya berwarna hijau. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 3-5 cm dengan duri temple (rambut) lemas sampai kaku. Kulit buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu.
Ada beberapa varietas rambutan yang ada di Indonesia diantaranya Ropiah, Si Macan, Si Nyonya, Lebak Bulus, Binjai dan lain-lain. Citarasa dan produktivitas rambutan binjai sangat unggul. Rambutan binjai dikenal memiliki rasa manis yang sangat segar dengan buah yang tebal dan ngelotok dari kulitnya.
Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tannin dan saponin. Kulit batang mengandung   tannin, saponin, flavonida, pectic substance, dan zat besi.
Di dalam buah rambutan tersimpan
P1000594Copy1main 300x225 Rambutan Goreng Camilan Unik dari JambiSeperti halnya fashion, buah-buahan pun memiliki masa tren nya sendiri-sendiri. Misalnya saja rambutan. Rambutan merupakan sebagian dari komoditas buah yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, antara bulan September atau November hingga februari.
Rambutan (Nephelii lappacei) banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan sebagai tumbuhan liar,terutama di luar Jawa. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2000 mm. Rambutan merupakan tanaman dataran rendah hingga ketinggian 300-600 dpl.
Biasanya tumbuhan ini tingginya antara 15-25 m, bercabang-cabang, dan daunnya berwarna hijau. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 3-5 cm dengan duri temple (rambut) lemas sampai kaku. Kulit buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu.
Ada beberapa varietas rambutan yang ada di Indonesia diantaranya Ropiah, Si Macan, Si Nyonya, Lebak Bulus, Binjai dan lain-lain. Citarasa dan produktivitas rambutan binjai sangat unggul. Rambutan binjai dikenal memiliki rasa manis yang sangat segar dengan buah yang tebal dan ngelotok dari kulitnya.
Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tannin dan saponin. Kulit batang mengandung   tannin, saponin, flavonida, pectic substance, dan zat besi.
Di dalam buah rambutan tersimpan
khasiat obat yang tak ternilai harganya, menurut kajian pakar tanaman obat, buah rambutan memuat besi, kalium, sapai vitamin C. dalam setiap 100 gram (sekitar 3 buah rambutan terkandung 69 kalori, 18,1 gram karbohidrat, serta 58 mg vitamin). Kadar serat rambutan juga cukup tinggi, sekitar 2 gram per 100 gram berat buah.
Buah rambutan biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar, namun dapat juga diolah menjadi buah kalengan atau manisan buah. Pengawetan semacam ini dapat memperpanjang masa menikmati buah rambutan sampai diluar musim.
Selain diolah menjadi buah kaleng atau manisan buah, ternyata buah rambutan dapat diolah menjadi cemilan yang cukup unik. Di sentra produksinya yang terletak di daerah Tangkit Baru, Muaro Jambi, sekitar 16 km arah timur Kota Jambi, buah rambutan diolah menjadi cemilan rambutan goreng. Rasa cemilan ini manis seperti kurma. Produk ini mampu bertahan hingga 6 bulan untuk dikonsumsi. Jika Anda berkunjung ke Jambi jangan lupa membeli oleh-oleh rambutan goreng.
Meurut salah seorang pembuatnya, untuk membuat rambutan goreng, buah rambutan yang telah dikupas diolah sedemikian rupa sampai kering. Rambutan yang sudah kering kemudian digoreng dalam baluran tepung terigu yang telah dicampur sedikit garam.
Diolah dari berbagai sumber

Pengelolaan Limbah Ternak Untuk Peningkatkan Kualitas Produk Susu dan Lingkungan Hidup

Limbah ternak sapi perah terdiri dari limbah padat berupa feces/kotoran ternak dan sisa pakan, serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang, air limbah sanitasi ternak dan air kencing sapi. Dalam satu hari setiap ekor sapi dapat menghasilkan limbah padat sebanyak 30-45 kg dan limbah cair sebanyak 100-250 liter.

 
Bila tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menurunkan kualitas susu yang dihasilkan, menimbulkan bau, dan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak dan manusia. Selain itu bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan protes dari masyarakat, dan pencemaran air.
 
Untuk itu pengelolaan limbah ternak perlu dilakukan secara tepat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, ketersediaan lahan, dan teknologi serta manajemen usaha yang berkembang di masyarakat.
 
Secara umum pengelolaan limbah ternak dapat dilakukan dengan dua cara:
 
Pertama, mengolahnya menjadi biogas.
Limbah ternak yang dapat diolah menjadi biogas adalah kotoran ternak (feces) dan limbah cair dari pencucian, sanitasi dan urin sapi. Sedangkan sisa pakan berupa jerami atau hijauan lainnya perlu dipisahkan dan tidak masuk ke dalam reaktor digester biogas agar tidak terjadi sumbatan pada saluran dan reaktornya. Selanjutnya gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor atau dirubah menjadi listrik dengan bantuan generator.
 
Kedua, mengolahnya menjadi pupuk kompos (padat atau cair). Untuk menghasilkan pupuk kompos padat diperlukan bahan berupa kotoran ternak dan sisa pakan atau hijauan. Sebaiknya bahan tersebut sejak awal telah dipisahkan agar tidak tercampur dengan air cucian, sanitasi dan urin ternak. Selanjutnya bahan tersebut dapat dikomposkan langsung atau ditambah arang sekam, serbuk gergaji, kapur dan aktivator untuk membantu proses pengomposan dan memperkaya unsur hara dalam kompos yang dihasilkan. Sedangkan untuk menghasilkan kompos/pupuk cair bahan yang digunakan terdiri dari urin sapi dan cairan sisa biogas. Cairan tersebut perlu ditambahkan beberapa bahan lain seperti dedak, nira atau tetes, dll untuk selanjutnya difermentasi selama 3-7 hari.
 
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan limbah ternak yang tepat adalah:
       menciptakan kondisi kegiatan/usaha budidaya sapi perah dan produksi susu berjalan secara optimal,
       meniadakan unsur pencemar di dalam lokasi kegiatan,
       menghasilkan produk susu yang lebih berkualitas karena lingkungan usaha bersih dan sehat,
       menghindari gangguan lingkungan berupa pencemaran di lokasi peternakan dan lingkungan sekitar,

       menciptakan kondisi yang harmonis dengan masyarakat sekitar

sumber: http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/3/44/801/pengelolaan_limbah_ternak_untuk_peningkatkan_kualitas_produk_susu_dan_lingkungan_hidup.html

Pembuatan Bioenergi berbasis Eceng Gondok

Sebagian masyarakat menganggap eceng gondok tanaman jenis gulma yang merugikan serta tak berguna. Ternyata, eceng gondok dimanfaatkan warga Desa Kertasari, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, sebagai bahan bakar alternatif baru untuk memasak. Saat ini sekitar enam kepala keluarga di desa tersebut telah memanfaatkan biogas dari tanaman bernama Latin Eichhornia crassipes itu.

Warga mengaku biogas ini lebih hemat ketimbang elpiji karena pembuatannya tak memerlukan biaya. Api yang dihasilkan dari biogas eceng gondok sama besarnya dengan elpiji dan bisa digunakan untuk keperluan memasak.

Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan. Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.

Agar gas tidak habis, tabung fermentasi yang berdaya tampung 80 kilogram itu diisi secara berkala. Sebanyak 30 kilogram eceng gondok di drum fermentasi, hanya bisa dipakai dalam waktu sehari. Terutama, bila digunakan secara terus-menerus.

Edeng Sumirat, salah satu warga pengguna biogas di Karawang, menuturkan untuk pembuatan semua perangkat, dirinya hanya mengeluarkan biaya Rp 700 ribu. Uang sebesar ini buat membeli tiga buah drum, slang dan regulator. Alat-alat tersebut kemudian dirakit dengan cara di las. Dengan menggunakan bahan bakar alternatif dari eceng gondok ini diharapkan bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak tanah serta elpiji secara berlebihan.(ARL/ANS)

Panduan Penulisan Skripsi

download panduan penulisan skripsi… buat seorang mahasiswa  skripsi adalah salah satu syarat muthlak untuk mencapai kelulusanya…
skripsi merupakan karya ilmiah dari hasil penelitian seorang mahasiswa…
bagi mahasiswa yang masih awam tentunya akan sangat membingungkan untuk membuat skripsi…
tapi jangan khawatir, saya punya sesuatu yang saya harap dapat membantu teman-teman yang sedang dalam tahap skripsi..
kebetulan saya dapat file dari dosen untuk panduan penulisan skripsi…
tapi saya sangat ingin membagikanya pada teman-teman yang membutuhkan juga…
nah agar penulisan dan penyusunan skripsinya lancar silahkan deh di download filenya di sini.
semoga bermanfaat dan skripsinya mendapatkan nilai yang bagus….
semoga berhasil…

proses pembuatan kripik pisang

Prosedur pengembangan pisang menjadi kripik pisang

Dalam pengembangan pisang menjadi produk kripik pisang memiliki Standar Teknis. Prosedur Opersional Pengembangan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku, penyiapan peralatan dan kemasan, pengupasan dan pengirisan, pencucian dan perendaman, penggorengan, penirisan minyak, pemberian bumbu, pengemasan dan pelabelan, serta penyimpanan.

1.      Penyiapan bahan

    Pisang

Bahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris/dirajang tipis-tipis dan dibentuk sesuai dengan selera konsumen.

    Air Bersih

Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar kesehatan. tidak mengandung zat yang membahayakan.

    Minyak goreng

Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan lama (cepat tengik).

    Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3)

Larutan Natrium Bisulfit 0,3% – 0,5% digunakan untuk merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih.

2.      Penyiapan bahan tambahan

Dalam pembuatan kripik pisang kita dapat menambahkan bahan tambahan agar kripik pisang dapat memiliki tekstur serta rasa yang diminatai konsumen.

    Gula pasir

Fungsi gula dalam pembuatan kripik pisang adalah untuk memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam, tidak nampak adanya ampas atau bahan asing dan berwarna putih.

    Garam dapur

Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium.

3.      Penyiapan Peralatan Dan Bahan Kemasan

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kripik pisang antara lain:

    Baskom
    Alas Telenan
    Alat perajang (slicer)
    Pisau stainless steel
    Ember plastik
    penggorengan (wajan)
    Vacuum Frying
    Sealer
    Tungku atau kompor atau kompor gas
    Tampah/nyiru/wadah
    Container plastik
    Plastik Polipropilen (PP) ketebalan 0,8 mm/aluminum foil
    Label

4.      Proses Pengembangan

1)      Pembuatan Kripik Pisang Dengan Penggorengan Biasa

a.      Pengupasan dan Pengirisan

Pisang dikupas, kemudian diiris tipis-tipis (tebal 2 – 3 mm) secara memanjang atau melintang, selain itu dala pengirisan dapat dilakukan modifikasi bentuk agar nantinya dapat menarik perhatian konsumen. Selesai diiris langsung ditampung dalam bak perendaman untuk menghindari proses oksidasi enzim fenolase yang ada dalam getah pisang.

b.      Perendaman

Hasil irisan direndam dalam larutan natrium bisulfit (Na2SO3) 0,3 – 0,5% selama 10 menit lalu ditiriskan.

c.       Penggorengan

Irisan buah pisang digoreng menggunakan minyak yang cukup banyak sehingga semua bahan terendam. Tiap 1 kg irisan pisang membutuhkan 3 liter minyak goreng. Selama penggorengan, dilakukan pengadukan secara pelan-pelan. Penggorengan dilakukan sampai kripik cukup kering dan garing. Hasil penggorengan disebut dengan kripik pisang. Untuk mendapatkan keripik pisang dengan rasa manis dapat dilakukan penaburan dengan gula halus.

d.      Penirisan minyak

Hasil penggorengan pertama ditiriskan dengan menggunakan peniris minyak hingga minyak yang ada menetes tuntas.

e.       Pemberian Bumbu

Untuk melayani konsumen yang memiliki selera berbeda-beda, dapat diciptakan rasa kripik pisang yang beraneka rasa, misalnya kripik pisang manis, kripik pisang asin, dan kripik pisang pedas. Caranya adalah sebagai berikut :

1)      Pemberian Bumbu Cara Pencelupan

a)      Kripik Pisang Rasa Manis

    Penyiapan larutan gula.

 Gula pasir putih dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 kg gula : 250 ml air, dan diaduk-aduk sampai larut merata. Setelah itu larutan dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan gula tetap panas dan cair.

·      Pencelupan dalam larutan gula.

Keripik yang telah ditiriskan segera dicelupkan ke dalam larutan gula, diaduk sebentar agar merata, lalu diangkat dan didinginkan/dianginanginkan.

b)      Kripik Pisang Rasa Asin

Kripik pisang yang sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke dalam larutan garam dengan perbandingan 1:100

c)      Kripik Pisang Rasa Pedas

Kripik pisang yang sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke dalam larutan bumbu yang terdiri dari cabe, bawang putih, dan garam. Setelah itu larutan dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan bumbu pedas tetap panas dan cair.

2)      Pemberian Bumbu Cara Pelapisan (Coating)

Penyiapan Bumbu

Siapkan bumbu yang telah dihaluskan, seperti gula halus, garam halus, cabe bubuk, coklat bubuk yang sudah diolah, seasoning (bumbu siap saji). Keripik pisang yang telah digoreng dan dingin ditaburi bahan-bahan atau bumbu dalam suatu kantong plastik, kemudian kantong plastik dibolak balik sedemikian rupa sehingga bumbu dapat melapisi secara merata.

a)         Kripik Pisang Rasa Manis

Untuk mendapatkan kripik pisang dengan rasa manis dapat dilakukan penaburan dengan tepung gula halus.

b)        Kripik Pisang Rasa Asin

Untuk keripik pisang dengan rasa asin dapat dilakukan penaburan dengan tepung garam

halus

c)         Kripik Pisang Bumbu Siap Saji

Untuk keripik pisang dengan rasa bumbu siap saji (seasoning) dapat dilakukan penaburan dengan tepung seasoning

f.        Pendinginan

Kripik pisang yang telah masak didinginkan sambil ditiriskan sehingga diperoleh kripik pisang yang betulbetul kering.

2)      Pembuatan Kripik Pisang Dengan Penggorengan Vacuum

Penggorengan vacuum merupakan cara pengembangan yang tepat untuk menghasilkan kripik buah pisang dengan mutu tinggi. Cara menggoreng dengan menggunakan penggoreng vacuum (hampa udara), akan menghasilkan kripik dengan warna dan aroma buah asli serta rasa lebih renyah dan nilai gizi tidak banyak berubah. Kerenyahan tersebut diperoleh karena proses penurunan kadar air dalam buah terjadi secara berangsur-angsur dengan suhu penggorengan yang rendah. Pisang yang biasa digunakan untuk pembuatan keripik menggunakan vacuum frying adalah pisang dengan tingkat kematangan penuh > 80%.

Cara menggoreng dengan menggunakan penggorengan vakum sebagai berikut :

a)      Isi bak air sampai ejector tercelup sedalam ± 3 cm dan usahakan temperatur air bersuhu < 270C selama penggorengan berlangsung.

b)      Isi tabung penggorengan dengan minyak goreng hingga etengah volume

c)      Atur kedudukan jarum penyetel suhu pada 85oC – 95oC, kemudian hubungkan steker boks pengendali suhu dengan sumber listrik.

d)      Masukkan bahan irisan pisang ke dalam keranjang penggoreng

e)      Nyalakan kompor elpiji untuk memanaskan minyak sampai suhu 900 C dan usahakan suhu konstan selama penggorengan.

f)       Tutup tabung penggorengan

g)      Nyalakan pompa air

h)      Tunggu sampai tekanan di dalam tabung mencapai minimal – 76 cmHg, pastikan tidak ada yang bocor

i)        Putar keranjang penggorengan dengan menggunakan tuas setengah putaran (1800)

j)        Biarkan proses penggorengan berlangsung sampai kaca indikator sudah tidak ada lagi uap air/embun dan suara gemersik sudah hilang. Selama penggorengan berlangsung usahakan sesering mungkin mengadukdengan memeutar tuas berkali-kali.

k)      Kembalikan posisi keranjang penggorengan di atas minyak penggorengan

l)        Biarkan selama 5 menit agar minyak yang ada di dalam bahan dan keranjang tertiriskan.

m)    Buang tekanan dengan membuka katup pembuang tekanan dan tekan tombol off untuk mematikan mesin vakum

    Buka tutup tabung penggoreng dan tutup keranjang penggorengan
    Ambil hasil penggorengan dan langsung dimasukkan ke dalam mesin spinner dan hidupkan mesin spinner selama 2-3 menit.
    Hentikan mesin spinner, aduk keripik pisang, lalu nyalakan lagi selama 1 menit Keluarkan kripik dari mesin spinner dan didinginkan.

Selaesai dari proses pengembangan dan kripik pisang telah matang, maka dilakukanlah proses sortasi. Proses ini berguna untuk memisahkan produk yang terbaik dan yang buruk.

Pengembangan Produk Pertanian: Pembuatan Jelly Kulit Pisang

wah, kebeneran lg off kerja dan libr kuliah nih… dan waktu iseng-iseng buka mbah google eh dapat sesuatu yang buat saya dan mudah-mudahan semuanya menarik nih…
sebuah trobosan baru dari pisang, yang biasanya pisang dimakan buahnya, entah dimakan langsung atau diolah menjadi gorengan dll. tapi ini sebuah produk yang unik, dimana selain buahnya ternyata kulit pisang bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang sangat unik dan dapat menjadi penghasilan tambahan untuk kita.. disini aku pengin berbagi cara pengolahan kulit pisang menjadi jelly.. wuah, menarik bukan…
nah bagi temen-temen yang pingin nyobain untuk membuatnya silahkan deh dicoba…
Cara pembuatan Jelly Kulit Pisang: 
Alat dan bahan
1. Alat yang diperlukan adalah :
a. Panci stainless
b. Kompor
c. Pisau stainless
d. Garpu/sendok/pengaduk kayu
e. Baskom plastik
f. Alat pengukur (literan atau timbangan)
g. Saringan
h. Talenan
i. Stoples
2. Bahan yang diperlukan adalah :
a. Kulit pisang matan : 1 liter
b. Kulit pisang mentah : 1 liter
c. Air : 2 liter
d. Sitrunzuur : 1 sdm
e. Gula putih : 500-700 gram
f. Vanili : 1 bungkus
Cara Membuat
Untuk membuat jelly kulit pisang ini adalah :
1. Pilih kulit pisang yang bersih cukup tua baik yang matang maupun mentah.
2. Cuci hingga bersih.
3. Potong-potong dan buang bahan yang tidak digunakan.
4. Timbang sesuai kebutuhan lalu tambahkan air bersih dan sitrunzuur.
5. Rebus hingga mendidih, angkat dan diamkan selama 12-20 jam.
6. Saring pelan-pelan jangan sampai air yang keruhnya terbawa.
7. Air kulit pisang ditakar dan harus menghasilkan sebanyak 1 liter.
8. Tambahkan gula pasir, aduk-aduk hingga larut lalu disaring.
9. Rebus sampai kental dan dites dengan menggunakan garpu. Apabila sudah kental maka jika garpu dicelupkan akan terlihat cairan yang menempel pada garpu tersebut.
10. Angkat dan masukkan dalam stoples, diamkan sampai kental.
11. Setelah kental, jelly siap dinikmati.
Prinsip-prinsip Pembuatan Jelly
Jelly merupakan bahan yang kental/semi padat terbuat dari campuran 45 bagian berat buah-buahan 55 bagian berat gula. Pemekatan campuran ini harus mempunyai kadar gula yang lebih besar dari 68% untuk jelly yang terberat.
Di pasaran terdapat berbagai jenis jelly dari berbagai buah-buahan dan tidak semua jelly yang diperdagangkan bermutu tinggi. Untuk mendapatkan jelly yang bermutu tinggi dengan flavour yang harum maka digunakan campuran buah yang sudah matang dengan yang mentah. Buah mentah digunakan untuk memberikan kadar pectin dan keasaman yang cukup baik, sedangkan buah matang digunakan untu memberikan flavour yang baik. Untuk mempersingkat proses pemasakan biasanya ditambahkan pectin komersial dan gula yang lebih banyak atau apabila kadar pectin yang diperoleh dari buah sangat rendah, lama pemasakkan perlu diperhatikan, agar dapat memberikan kekentalan yang cukup baik.
Pemasakkan yang terlalu lama akan menghasilkan jelly yang terlalu keras, sedangkan pemasakkan yang terlalu singkat akan menghasilkan jelly yang terlalu encer.
Untuk memperpanjang daya simpan jelly, dapat ditambahkan pengawet anti kapang, misalnya natrium benzoat. Larutan asam (asam sitrat, asam tartarat dan asam malat) dapat pula ditambahkan untuk mempercepat pembentukan gel pada pembuatan jelly. Tetapi asam yang terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya sintesis (keluarnya air dari gel) dalam jelly, dan bila pemberian asam terlalu sedikit akan menyebabkan pecahnya jelly jam. Oleh karena itu pH jelly yang optimum sekitar 3,10-3,46.
Peranan Gula dalam Pembuatan Jelly
Gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan pada konsentrasi cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan).
Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakuan dengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan buah-buahan pengawet kimia merupakan teknik-teknik pengawetan pangan yang penting.
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padat terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia bagi pertumbuhan mikroorganisme dan aktifitas air dari bahan pangan berkurang.
Kulit pisang yang baik untuk pembuatan jelly adalah kulit pisang nangka.
Perbandingan kulit pisang yang digunakan untuk jelly adalah kulit pisang matang 1 liter + pisang mentah 1 liter (1 : 1).
Pectin
Sebagian besar jaringan tanaman tertentu mengandung pectin. Polisakarida yang berfungsi sebagai bahan pengeras, kulit buah lemon atau jeruk adalah salah satu sumber pectin terkaya karena mengandung kurang lebih 30% substansi ini. Secara kimiawi pectin adalah campuran dari uronic acid galactose digabungkan dengan metal alcohol. Dalam bentuk ekstrak murni dari bahan tanaman, pectin berupa bubuk berwarna putih kekuningan, hamper tidak berbau dan dengan rasa getah. Pectin mampu mengubah cairan menjadi gel. Banyak tanaman yang dapat dipergunakan untuk memproduksi pectin, tapi kulit buah lemon, jeruk, limau dan anggur adalah sumber ekstrak pectin untuk kebutuhan komersial.
Manfaat Jelly Kulit Pisang
1. Menembah selera
2. Sebagai makanan tambahan
3. Mengandung antioksidan.
Analisa Hasil dan Kesimpulan
Analisa Hasil/Perhitungan Ekonomi
Daftar Belanja
Harga
Kulit pisang 2 liter
Rp 1.000,00
Gula putih 500-700 gram
Rp 4.900,00
Sitrunzuur 1 sdm
Rp 100,00
Vanili 1 bungkus
Rp 200,00
Bahan bakar
Rp 5.000,00
Total
Rp 11.200,00
Modal Rp 11,200,00
Hasil jelly kulit pisang 2 stoples (200 ml)
Harga jual Rp 13.000,00 per stoples
Harga jual seluruhnya 2 x Rp 13.000,00 = Rp 26.000,00
Jadi, keuntungan yang dapat diperoleh = Rp 26.000,00 – Rp 11.200,00
= Rp 14.000,00
sekian yah… semoga bermanfaat…